Selasa, 27 April 2010

Boneka untuk Adikku

Hari terakhir sebelum Natal, aku terburu-buru ke supermarket untuk

membeli hadiah2 yang semula tidak direncanakan untuk dibeli. Ketika

melihat orang banyak, aku mulai mengeluh: "Ini akan makan waktu

selamanya, sedang masih banyak tempat yang harus kutuju" "Natal benar2

semakin menjengkelkan dari tahun ke tahun. Kuharap aku bisa berbaring,

tidur, dan hanya terjaga setelahnya" Walau demikian, aku tetap berjalan

menuju bagian mainan, dan di sana aku mulai mengutuki harga-harga,

berpikir apakah sesudahnya semua anak akan sungguh-sungguh bermain

dengan mainan yang mahal.



Saat sedang mencari-cari, aku melihat seorang anak laki2 berusia

sekitar 5 tahun, memeluk sebuah boneka. Ia terus membelai rambut boneka

itu dan terlihat sangat sedih. Aku bertanya-tanya untuk siapa boneka

itu. Anak itu mendekati seorang perempuan tua di

dekatnya: 'Nenek, apakah engkau yakin aku tidak punya cukup uang?'

Perempuan tua itu menjawab: 'Kau tahu bahwa kau tidak punya cukup uang

untuk membeli boneka ini, sayang.' Kemudian Perempuan itu meminta anak

itu menunggu di sana sekitar 5 menit sementara ia berkeliling ke tempat

lain. Perempuan itu pergi dengan cepat. Anak laki2 itu masih

menggenggam boneka itu di tangannya.



Akhirnya, aku mendekati anak itu dan bertanya kepada siapa dia ingin

memberikan boneka itu.'Ini adalah boneka yang paling disayangi adik

perempuanku dan dia sangat menginginkannya pada Natal ini. Ia yakin

Santa Claus akan membawa boneka ini untuknya' Aku menjawab mungkin

Santa Claus akan membawa boneka untuk adiknya, dan supaya ia jangan

khawatir. Tapi anak laki2 itu menjawab dengan sedih 'Tidak, Santa Claus

tidak dapat membawa boneka ini ke tempat dimana adikku berada saat ini.

Aku harus memberikan boneka ini kepada mama sehingga mama dapat

memberikan kepadanya ketika mama sampai di sana.' Mata anak laki2 itu

begitu sedih ketika mengatakan ini 'Adikku sudah pergi kepada Tuhan.

Papa berkata bahwa mama juga segera pergi menghadap Tuhan, maka kukira

mama dapat membawa boneka ini untuk diberikan kepada adikku.' Jantungku

seakan terhenti.



Anak laki2 itu memandangku dan berkata: 'Aku minta papa untuk

memberitahu mama agar tidak pergi dulu. Aku meminta papa untuk menunggu

hingga aku pulang dari supermarket.' Kemudian ia menunjukkan fotonya

yang sedang tertawa. Kamudian ia berkata: 'Aku juga ingin mama membawa

foto ini supaya tidak lupa padaku. Aku cinta mama dan kuharap ia tidak

meninggalkan aku tapi papa berkata mama harus pergi bersama adikku.'

Kemudian ia memandang dengan sedih ke boneka itu dengan diam.



Aku meraih dompetku dengan cepat dan mengambil beberapa catatan dan

berkata kepada anak itu. 'Bagaimana jika kita periksa lagi, kalau2

uangmu cukup?' 'Ok' katanya. 'Kuharap punyaku cukup.' Kutambahkan

uangku pada uangnya tanpa setahunya dan kami mulai menghitung. Ternyata

cukup untuk boneka itu, dan malah sisa. Anak itu berseru: 'Terima Kasih

Tuhan karena memberiku cukup uang' Kemudian ia memandangku dan

menambahkan: 'Kemarin sebelum tidur aku memohon kepada Tuhan untuk

memastikan bahwa aku memiliki cukup uang untuk membeli boneka ini

sehingga mama bisa memberikannya kepada adikku. DIA mendengarkan aku.

Aku juga ingin uangku cukup untuk membeli mawar putih buat mama, tapi

aku tidak berani memohon terlalu banyak kepada Tuhan. Tapi DIA

memberiku cukup untuk membeli boneka dan mawar putih.' 'Kau tahu,

mamaku suka mawar putih'



Beberapa menit kemudian, neneknya kembali dan aku berlalu dengan

keretaku. Kuselesaikan belanjaku dengan suasana hati yang sepenuhnya

berbeda dari saat memulainya. Aku tidak dapat menghapus anak itu dari

pikiranku. Kemudian aku ingat artikel di koran lokal 2 hari yang lalu,

yang menyatakan seorang pria mengendarai truk dalam kondisi mabuk dan

menghantam sebuah mobil yang berisi seorang wanita muda dan seorang

gadis kecil. Gadis kecil itu meninggal seketika, dan ibunya dalam

kondisi kritis. Keluarganya harus memutuskan apakah harus mencabut alat

penunjang kehidupan, karena wanita itu tidak akan mampu keluar dari

kondisi koma. Apakah mereka keluarga dari anak laki2 ini?



2 hari setelah pertemuan dengan anak kecil itu, kubaca di koran

bahwa wanita muda itu meninggal dunia. Aku tak dapat menghentikan

diriku dan pergi membeli seikat mawar putih dan kemudian pergi ke rumah

duka tempat jenasah dari wanita muda itu diperlihatkan kepada orang2

untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum penguburan. Wanita itu

di sana, dalam peti matinya, menggenggam setangkai mawar putih yang

cantik dengan foto anak laki2 dan boneka itu ditempatkan di atas

dadanya. Kutinggalkan tempat itu dengan menangis, merasa hidupku telah

berubah selamanya. Cinta yang dimiliki anak laki2 itu kepada ibu dan

adiknya, sampai saat ini masih sulit untuk dibayangkan. Dalam sekejap

mata, seorang pria mabuk mengambil semuanya dari anak itu.

FRIENDS ARE LIKE ANGELS,

WHO HELP US FLY WHEN OUR WINGS HAVE FORGOTTEN HOW TO FLY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar