Selasa, 27 April 2010

Sebuah Pelajaran Hidup

Dua orang pria, keduanya sakit parah, menempati kamar rumah sakit yang sama
Salah satu dari mereka diizinkan untuk duduk di tempat tidurnya selama satu jam setiap sore untuk membantu mengeringkan cairan dari paru-parunya.
Tempat tidurnya ada di sebelah jendela satu-satunya di dalam kamar.
Sedangkan yang lain harus menghabiskan seluruh waktunya telentang.
Mereka berdua selalu berbincang selama berjam-jam.
Mereka berbicara tentang istri-istri mereka dan keluarga, rumah mereka, pekerjaan mereka, keterlibatan mereka dalam pelayanan militer, dan di mana mereka telah berlibur.

Setiap sore, ketika pria di tempat tidur di dekat jendela bisa duduk, ia akan melewatkan waktu dengan menjelaskan kepada rekan sekamarnya semua hal yang ia bisa lihat di luar jendela. Pria di tempat tidur lain mulai membayangkan segala aktivitas dan warna dunia luar. Jendela tersebut menghadap sebuah taman dengan danau yang indah.

Di taman tersebut bebek dan angsa bermain di air, sementara terlihat beberapa anak kapal berlayar. Sepasang muda-mudi berjalan bergandengan tangan di tengah-tengah setiap warna bunga dan dengan pemandangan kota yang memukau dapat dilihat di kejauhan.
Laki-laki di dekat jendela menjelaskan semua ini dalam rincian yang sangat indah, laki-laki di sisi lain ruangan akan menutup mata dan membayangkan pemandangan indah ini..

Satu hangat sore, pria di dekat jendela menggambarkan sebuah parade yang lewat.
Meskipun pria yang berbaring tersebut tidak mendengar adanya bunyian musik-musik parade namun ia bisa membayangkan kata-kata yang diucapkan oleh pria di dekat jendela dengan kata-kata deskriptif.

Hari, minggu dan bulan berlalu.
Suatu pagi, hari perawat datang untuk membawa air untuk mandi mereka dan ia menemukan tubuh tak bernyawa dari orang dekat jendela, yang telah meninggal dengan tenang dalam tidurnya.

Dia sedih dan memanggil petugas rumah sakit untuk membawa tubuh pergi.
Begitu tampaknya tepat, laki-laki lain yang hanya bisa tidur terlentang tersebut bertanya apakah kepada perawat apakah ia bias dipindahkan di sebelah jendela. Laki-laki tersebut berpikir, jika ia dia di dekat jendela, pastilah ia akan dapat melihat pemandangan indah di luar. Perawat tersebut menyanggupinya dan setelah memastikan ia nyaman, ia meninggalkannya sendirian.

Perlahan-lahan, menyakitkan, ia menyandarkan diri pada satu siku untuk melihat dunia nyata di luar sana melalui jendela.

Ia berusaha perlahan-lahan menoleh ke luar jendela di samping tempat tidur.

Namun ia begitu kaget, karena yang didapatinya bukanlah pemandangan dunia luar, melainkan dinding kosong.
Pria tersebut akhirnya bertanya kepada perawat mengapa almarhum teman sekamarnya menjelaskan hal-hal indah seperti di luar jendela ini, padahal pemandangan tersebut sama sekli tidak ada dan hanya sebuah dinding kosong yang ia dapatka.

Perawat menjawab bahwa orang itu buta dan bahkan tidak bisa melihat dinding.
Dia berkata, 'Mungkin ia hanya ingin mendorong dan menyemangati Anda. "

Epilog:
Ada kebahagiaan yang luar biasa dalam membuat orang lain bahagia, walaupun situasi kita sendiri sedang dalam duka. Akan tetapi kebahagiaan yang dirasakan secara bersama-sama adalah dua kali lipat nikmatnya dan sangat luar biasa.
Jika Anda ingin merasa kaya, itu arinya Anda hanya menghitung semua hal yang Anda miliki. Tapi uang tidak bisa membeli kebahagian yang telah Anda miliki..
'Hari ini adalah anugerah, itu sebabnya disebut Hadiah. "

Amsal 19:8, "Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar